Rabu, 08 Juni 2011
Saya mahasiswi
I am a college student
Teriakan saya mengejutkan ibu yang masih bekerja di lantai bawah. Saat itu juga, saya menangis di sisi tangga sambil menatap kata-kata itu di layar ponsel saya.
My screaming surprised my mom who was still working downstairs. I cried right away on the stairs looking at those words on my cell phone screen.
Tapi anehnya perasaan saya tidak lebih baik sekarang . .
Ini bukanlah sebuah kemenangan. Masuk perguruan tinggi yang diminati bukanlah akhir perjuangan. Dan masuk perguruan tinggi ternama tidak menjamin kesuksesan.
Nevertheless, my feeling does not get better now . .
This is not yet a victory. Get into first-choice college is not the end of the struggle.
And get into a top university does not guarantee you a perfect future.
Saya berusaha meyakinkan mereka yang gagal masuk universitas pilihan mereka akan hal ini.
Bahwa saya dan mereka masih tetap berjuang bersama.
Dan bahwa memilih untuk kuliah, berarti memilih untuk menghadapi berbagai tantangan dan ujian yang lebih berat untuk mencapai tujuan hidup ini. Tujuan hidup saya sekarang adalah membahagiakan orang yang saya kasihi. Tapi untuk ke depannya mungkin lebih dari itu.
I tried to convince those who did not get into their first-choice college about this.
That I and they still have to fight together.
And that continuing to a higher degree means choosing to face more trials and bigger challenges to achieve the purpose of life. My mission of now is to make the persons I love happy. But in the future, it might gonna be more than that.
Seperti dikutip dari "Eclipse" oleh Stephanie Meyer:
"Ketika kita berumur lima tahun, mereka menanyakan apa yang akan kita lakukan ketika kita dewasa. Jawaban kita berkisar seputar menjadi astronot, presiden, atau untuk saya, puteri...
Ketika kita berumur sepuluh, mereka bertanya kembali.
Kita menjawab - rock star, cowboy, atau untuk saya, peraih medali emas...
Tapi kini ketika kita dewasa, mereka menginginkan jawaban serius. Yah, bagaimana dengan ini...
Siapa yang tahu?
Ini bukanlah waktu untuk membuat keputusan yang sulit dan cepat. Ini adalah saat untuk membuat kesalahan.
Naiki kereta yang salah dan tersesatlah di tempat yang sepi. Jatuh cinta - terus.
Ambil Filsafat karena sulit menentukan karier yang tepat untuk itu. Ubah pikiranmu. Kemudian ubah lagi karena tidak ada yang tetap. Buatlah kesalahan sebanyak mungkin. Dengan begitu, suatu saat, ketika mereka bertanya lagi apa yang ingin kita lakukan, kita tak perlu menebak... Kita tahu."
As quoted from "Eclipse" by Stephanie Meyer:
“When we were five, they asked us what we wanted to be when we grew up. Our things were answers like astronaut, president, or in my case, princess…
When we were ten, they asked us again. We answered - rock star, cowboy, or in my case, gold medalist…
But now that we’ve grown up, they want a more serious answer. Well, how about this…
Who the hell knows?
This isn’t a time to make hard and fast decisions. This is the time to make mistakes.
Take the wrong train and get stuck somewhere chill. Fall in love - a lot. Major in philosophy because there’s no way to make a career out of that. Change your mind. Then change it again because nothing is permanent. So make as many mistakes as you can. That way, someday, when they ask again what we want to be… We won’t have to guess. We’ll know.”
Mengapa ini menjadi tekanan? Ini adalah hidup kita yang kita rusak atau kita tata. Banyak orang hebat di luar sana yang tak pernah masuk perguruan tinggi. Mengapa harus merasa bersalah berkepanjangan? Sesalkanlah sebentar segala jalan yang salah diambil lalu cobalah pilihan yang lain. Lagipula kita bukan peramal. Lakukan yang terbaik dan sisanya Tuhan yang menentukan.
Why should this be a pressure? There are lots of great people out there who had not even put a step in a college. This is your life that we ruin or we arrange. Why should we fall into prolonged guilt? Take a second to regret all wrong options we chosed then try the other. After all, we are not fortune-tellers. Just do your best, God do the rest.
Label: Bla
07.46